Manusia zaman now dan Manusia Purba yang tinggal 1,5 juta tahun silam memiliki persamaan. Kecuali dari segi penampilan fisik, keduanya juga membuat peralatan atau perlengkapan guna kelangsungan hidupnya.
Keturunan manusia telah ditemukan membuat alat dari batu sejak 3,3 juta tahun yang lalu. Dengan bertambahnya waktu, kemampuan mereka dalam hal berburu, pertanian, dan mendirikan permukiman pun berkembang pesat.
Dengan berlalunya waktu, para leluhur kita mencari sumber daya untuk alat-alat yang lebih kokoh, tipis, dan praktis.
Sejak puluhan ribu tahun lalu, manusia prasejarah melihat hewan yang tinggal bersama-sama dengan mereka di savana Afrika sebagai ancaman, terutama karena adanya indikasi bahwa manusia kerap kali menjadi korban dari singa-singa besar serta burung-burung raksasa tersebut.
Mereka berkompetisi melawan hyena dan elang dalam mencari mayat hewan yang telah dipredasi oleh singa-singa besar demi mendapat asupan protein. Biasanya mereka mengejar sumsum dari tulang-tulang sisa makanan yang ditinggal pemakan daging tersebut.
“Penemuannya menguatkan keyakinan kita bahwa manusia prasejarah telah melebarkan pilihan teknologinya dengan pesat, sebelumnya hanya berpusat pada pembuatan artifacts batu, namun kini memberi kesempatan untuk menyertakan sumber daya material baru dalam daftar peralatan potensial,” ujarnya Ignacio de la Torre, ilmuwan dari CSIC-Instituto de Historia serta salah satu kepala proyek OGAP seperti dikutip.
Eurekalert
.
Di samping itu, pertambahan kemampuan teknologi ini menunjukkan perkembangan pada daya ingat dan cara berpikir para hominin tersebut (yaitu, makhluk perenang dua kaki), yang mampu menyampaikan inovasi teknis dari proses penghiliran batu hingga pembuatan alat menggunakan tulang.
Torre menyebutkan, temuan itu membuktikan bahwa sejak era Acheulean, hewan sudah bukan hanya dianggap sebagai ancaman, kompetitor, atau sekedar sumber pangan, melainkan juga menjadi penyedia material untuk membuat alat.
Inovasi ini bisa memiliki dampak besar terhadap kerumitan lini perilaku nenek moyang kita, yang meliputi peningkatan kemampuan kognitif dan pemikiran, penyaringan artifacts, serta pencarian material mentah, menurutnya.
Sebelum temuan peralatan yang terbuat dari tulang, wilayah timur Afrika menyimpan bukti tertua mengenai penggunaan serta pembuatan alat oleh keturunan genus Homo pertama. Salah satu contoh yang paling populer ialah budaya Oldowan, istilah ini berasal dari nama situs arkeologi tempat artifact batu pertama kali diketemukan yaitu Gorge of Olduvai.
Budaya Oldowan terjadi antara 2,6 sampai 1,5 juta tahun silam, ditandai dengan pembuatan pecahan batu tajam melalui metode memukulkan dua buah batu bersama-sama. Teknologi cukup dasar ini kemudian digantikan sekitar 1,7 juta tahun lampau oleh teknik Acheulean, sebuah peradaban yang bertahan hingga kira-kira 150 ribu tahun lalu.
Teknologi Acheulean terkenal karena adanya alat pemotong pegangan lebar, yaitu benda-benda batu yang besar, kokoh, tajam, dan cenderung berbentuk mirip biji almond. Pembuatannya mengharuskan keterampilan teknis yang sangat tinggi.
Menurut de la Torre, sebelum temuan kita ini, perubahan teknologi antara era Oldowan dan Acheulean hanya difokuskan pada analisis alat-alat batu saja.