Suara Hati Mantan Penjaga Makam Kartini: Klaim Dirinya Sebagai Keturunan Brawijaya IV

Diposting pada


Nurani merupakan bekas petugas pemakaman Kartini. Ia memulai tugasnya pada awal tahun 1980-an. Nurani juga menyatakan dirinya sebagai keturunan dari Brawijaya IV.




bergabung dengan WhatsApp Channel, ikuti dan temukan informasi terkini kami disini




Online.com –

Inilah kisah Nurani, seorang bekas penjaga pemakaman Kartini yang menyatakan dirinya sebagai pewaris dari kerajaan Majapahit, yakni Raja Brawijaya IV. Ia menjabat sebagai penjaga makam Kartini di tahun 1980-an.

Sebagai pengurus makam, tidak dapat dihindari bahwa Nurani sering kali bertemu dengan beragam pertanyaan dari para jamaah yang berasal dari seluruh pelosok negeri. Baginya hal tersebut tampaknya bukanlah sesuatu yang memberatkan, asalkan pertanyaannya berkaitan dengan garis keturunan atau cerita-cerita singkat tentang Kartini dan suami beliau.

Namun, tidak jarang juga muncul pertanyaan bertema menuju hal-hal yang sepertinya senantiasa dekat dengan keberadaan sebuah pemakaman “suci”. Misalnya saja, bagaimana caranya untuk dapat memperoleh ilmu penglarisan atau menggapai berkah dari Eyang Kartini.

Menurut Nurani, selain dilarang untuk memuja, warga juga tidak boleh berpuasa atau merenung di tempat tersebut. Akan tetapi, banyak pengunjuk rasa yang berkata bahwa mereka telah kembali karena doa mereka dikabulkan.

“Pernah ada pengunjung yang kembali untuk ziarah setelah akhirnya mewujudkan niat mereka dalam pembelian mobil bekas, atau ketika anak-anak mereka sukses menyelesaikan pendidikannya. Bahkan beberapa waktu lalu, seorang pemimpin dari salah satu majalah perempuan di ibukota berkunjung kemari karena edisi majalahnya terjual dengan baik,” ungkap Nurani, alumni SD yang baru saja dilantik sebagai Pegawai Negeri pada tahun 1990 ini.

Bukankah lebih dari satu atau dua orang tamu yang menyatakan datang untuk ziarah, lantaran mereka telah ditemui oleh Kartini terlebih dahulu? Misalkan saja seorang wanita asal Kediri, yang menceritakan bahwa ia dihubungi dan dimintai bantuannya oleh Kartini untuk melakukan ziarah ke sebuah makam sambil membawa tujuh kuntum melati.

Kemudian, seorang tamu yang datang dari Jepara menceritakan bahwa Kartini secara tiba-tiba terlihat ada di kamar sambil membaca beberapa buku. Kebanyakan dari mereka tidak pernah mengunjungi tempat ini sebelumnya.

Toh Nurani sendiri memang belum pernah menerima hadiah langsung dari Kartini. Namun, di dalam rumahnya tersimpan sebuah batu giok yang menurut cerita berasal dari Eyang Djajadi, pelayan kepercayaan R.M. Sosrokartono, saudara laki-laki Kartini. Menurut legenda, batu tersebut memiliki daya sembuh untuk mengobati berbagai penyakit. Dia beberapa kali mencoba menggunakan batu ini dan ternyata disebut-sebut berhasil.

“Sebelum meninggalkan dunia, Eyang Djajadi menitipkan pesan pada salah satu kerabat Kartini untuk menyampaikan benda ini kepada pengurus pemakaman Kartini. Orang yang dimaksud adalah diriku sendiri,” ceritanya.

Berdasarkan informasi yang diperolehnya dari “seseorang senior” nantinya, batu kecil berwarna seperti buah siwalan tersebut ternyata merupakan kepunyaan Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit.

Bahkan saat aku bertemu dengan ‘orang tua’ tersebut yang menyebutkan bahwa aku adalah orang yang telah ditunggu selama ribuan tahun untuk menerima warisan itu, dan baru ditemukan pada akhirnya. Dia juga menambahkan kalau diriku sudah beberapa kali melakukan proses kelahiran kembali. Ah, jadi semakin membuatku ingin tahu,” ungkap Nurani.

Baru-baru ini, sang “lansia” tersebut mengatakan, “Wahai anak muda, meskipun ragamu adalah Nurani, tetapi sukmamu sesungguhnya merupakan putra sulung Raja Brawijaya IV yang bernama Djaja Kusumo Hadiningrat.” Wow!

(Telah tertulis dalam edisi April 1991)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *