Respons Jokowi soal Banjir Jabodetabek yang Terus Berulang

Diposting pada

-Presiden ketujuh Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), menekankan pentingnya penanganan banjir di wilayah Jabodetabek, yang mencakup Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, untuk segera ditindaklanjuti.

Pernyataan ini disampaikan Jokowi setelah hujan deras melanda kawasan tersebut dan menyebabkan banjir.

Jokowi menjawab pertanyaan publik tentang efektifitas Bendungan Ciawi, Bendungan Sukamahi, dan Sodetan Ciliwung, yang dianggap tidak berfungsi dengan baik selama banjir melanda.

“Sedangkan waduk ini kering untuk menampung air. Tapi jika airnya terlalu banyak, ya, waduk ini tidak akan bisa menampung sehingga air harus keluar. Dan kemarin saya mendapatkan informasi bahwa intensitas hujannya sangat tinggi sekali,” kata Jokowi saat ditemui di Kota Solo, Kamis (6/3/2025).




Respons Jokowi soal banjir Jakarta yang terus berulang



Joko Widodo menjelaskan bahwa Jakarta merupakan kota hilir dari 13 sungai yang membawa endapan dari hulu, termasuk Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan, Sungai Cipinang, dan sungai-sungai lainnya.

“Memang Jakarta dan sekitarnya ini adalah tempat turunnya air dari atas lewat sungai-sungai yang telah saya sebutkan sebelumnya,” tambahnya.

Sebagai langkah mitigasi, pemerintah telah membangun Bendungan Ciawi, Bendungan Sukamahi, dan melakukan normalisasi Sungai Ciliwung.

Presiden Jokowi menekankan pentingnya memberikan perhatian khusus terhadap normalisasi Sungai Ciliwung yang masih berada di 16 kilometer.

“(Normalisasi Sungai Ciliwung) itu memang harus segera dilanjutkan agar bisa mengurangi. Setelah Ciliwung selesai, masih ada sungai-sungai lain yang perlu dinormalisasi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Jokowi menyatakan bahwa ada 12 sungai lain yang juga membutuhkan normalisasi.

Dia juga mengingatkan bahwa air laut yang naik sekitar 8-12 cm setiap tahun menjadi faktor yang harus diperhatikan.

Jokowi menyebutkan hasil penelitian dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang menyatakan bahwa Jakarta sangat berisiko tenggelam akibat gabungan berbagai faktor, termasuk perubahan iklim, peningkatan jumlah penduduk, dan eksploitasi air.

Dengan demikian, proyek Tanggul Laut Raksasa atau Dinding Laut Raksasa dari Jakarta ke Pantai Utara Jawa, yang termasuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), harus segera direalisasikan.

,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *