Rekonstruksi Makam 4.000 Tahun Ungkap Wajah Pahlawan Zaman Batu

Diposting pada



– Sebuah pembaruan wajah dan peralatan milik seorang pemberontak dari Era Batu Terakhir sukses menceritakan riwayat dahulu yang sangat menarik dari sebuah situs pemakaman tua berumur 4.000 tahun di wilayah Siberia. Temuan tersebut membuka pintu pandangan atas histori yang mencerminkan gaya hidup seseorang petualang penenun tenda pada zaman lampau.

Pemakaman tersebut pertama kali terungkap pada tahun 2004 saat melakukan eksplorasi arkeologis di area Kerdugen, kurang lebih 140 kilometer ke arah timur Kota Yakutsk, di Republik Sakha (Yakutia) bagian Rusia. Daerah itu populer dengan temuan-temuan bersejarah pra-sejarahnya.

Dalam kuburan yang berada tidak jauh dari permukaan bumi, para ahli arkeologi mengungkapkan temuan sisa-sisa rangka manusia laki-laki, ujung anakpanah dari batu, dan plat-plat tulang hewan yang dahulu menyusun sebuah perisai raksasa. Walaupun busur senjata yang dipergunakannya sudah rusak, ujung anakpanah tersebut masih bisa memberikan petunjuk tentang keberadaannya. Hasil pengujian radioaktif menunjukkan bahwa kuburan ini memiliki umur sekitar 4.000 tahun.

Rekonstruksi Sang Pejuang

Proyek rekonstruksi baru diluncurkan pada tahun 2023 dan saat ini ditampilkan di Museum Arkeologi Universitas Federal Timur Laut di Yakutsk. Menggunakan teknologi fotogrammetri—teknik yang menggabungkan banyak gambar digital menjadi satu model 3D—para ilmuwan mampu meresmikan wajah laki-laki itu dengan memperhatikan struktur tulang keranya.

Teknik ini pun di gabungkan dengan metode rekonstruksi wajah berdasarkan tengkorak yang pernah digarap oleh antropolog asal Uni Soviet bernama Mikhail Gerasimov. Akhirnya, hasil kerja tersebut menjadi sebuah ilustrasi wajar namun sangat nyata mengenai seseorang lelaki yang kehidupannya sudah terjadi ribuan tahun silam.

Berdasarkan evaluasi struktur tulang, laki-laki tersebut diproyeksikan mempunyai tinggi kira-kira 165 sentimeter dan meninggal pada rentang umur 40 sampai 50 tahun—usia yang tergolong lanjut untuk zaman Paleolithikum. Ciri-ciri tengkoraknya mengindikasikan bahwa dia merupakan keturunan dari kelompok etnik yang sama dengan masyarakat asli di daerah Siberia Arktik.

Strukturnya memperlihatkan bekas cedera yang sudah pulih, menandakan bahwa dia pernah memiliki gaya hidup yang dinamis dan dipenuhi tantangan — mungkin sebagai penembak panah atau petarung.

Perisai dari Tulang serta Tanda-tanda Perkelahian

Peneliti-peneliti pun sukses membangun kembali perlindungan besarnya. Perlindungan tersebut dibuat dari plat tulang hewan, mungkin berasal dari rusa Altai yang besar (
Cervus canadensis sibiricus
), yang disambungkan di atas lapisan kulit binatang. Menariknya, terdapat enam plat tulang yang masih memuat sisa-sisa ujung anakpanah — indikasi bahwa benda perlindungan ini sebelumnya telah dipakai dalam peperangan nyata.

Pahlawan legendaris tersebut dipercayai berasal dari budaya Ymyyakhtakh, komunitas zaman Neolitikus yang berpindah-pindah dan bertahan dengan cara berburu serta mengumpulkan sumber daya. Kebudayaan ini terkenal melalui penemuan barang-barang buatan tangan seperti keramik unik dan peralatan batu yang rumit.

Walaupun berasal dari zaman Neolitik, mereka tidak bertahan layaknya penduduk pertanian di daerah lain, tetapi justru berkelana sambil menggunakan senjata dan perlengkapan yang canggih untuk masanya.

Misteri Penguburan Ritual

Makam ini tidak hanya berisi rangka si pemberontak. Arkeolog pun mengungkap potongan tulang manusia tambahan di lokasi tersebut. Hal itu menciptakan spekulasi bahwa pemakaman ini kemungkinan besar terkait dengan pengorbanan manusia, serta bisa jadi kanibalisme rituel, tindakan yang telah didokumentasikan sebelumnya di tempat-tempat purba lainnya di Siberia.

Proses rekonsruksi ini tidak sekadar mengungkap gambaran seseorang dari zaman dahulu,” kata seorang peneliti, “namun juga menyinggung kembali cerita kehidupan serta adat istiadat masyarakat purba yang sudah lama hilang.

Temuan serta rekonsruksinya mengungkapkan cara di mana teknologi mutakhir dapat menerangi hidup pada masa lalu yang telah berlalu ribuan tahun lamanya dan meningkatkan pengetahuan kita tentang sejarah kemanusiaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *