Raden Ajeng Kartini dipandang sebagai pionir feminis di Indonesia. Ia lahir di kota Jepara, provinsi Jawa Tengah, tanggal 21 April 1879 dan upayanya untuk mendorong kesetaraan pendidikan wanita menjadikannya terkenal hingga hari ini, yang dirayakan setahun sekali sebagai Peringatan Hari Kartini.
Kartini menghembus nafas terakhirnya ketika berumur cukup belia, tepatnya 25 tahun. Dia tutup usianya pada tanggal 17 September 1904 di daerah Rembang, hanya beberapa hari sesudah proses kelahiran sang buah hati kandung pertama. Gangguan preeklamsia telah dipastikan menjadi faktor utama dari kematian dirinya akibat kondisi medis serius selama masa hamil.
Apa itu preeklampsia?
Preeklamsia adalah suatu kondisi kesehatan yang dapat timbul saat hamil, diidentifikasi oleh hipertensi atau peningkatan tekanan darah serta ditemukannya protein dalam air seni (proteinuria). Kondisi ini juga menunjukkan ada gangguan pada beberapa organ tubuh, utamanya ginjal.
Pada sejumlah kejadian, preeklampsia mungkin mencakup masalah pada organ hati, pandangan mata yang menjadi tidak jelas, rasa sakit kepala hebat, serta bengkaknya tangan dan wajah secara berlebihan.
Mengutip
World Health Organization (WHO),
Preeklamsia serta eklampsia menyumbang sekitar 14% dari total kematian ibu di seluruh dunia, sehingga kedua kondisi ini termasuk dalam beberapa komplikasi kehamilank yang paling berbahaya apabila tidak ditangani secara cepat dan akurat.
Mengapa preeklampsia bisa berbahaya?
Menurut jurnal
The Lancet
Preeklamsia dapat mengakibatkan masalah serius seperti kejang (eklampsia), ketidakmampuan organ untuk bekerja dengan baik, perkembangan bayi dalam kandungan tertahan, hingga meninggalnya ibu atau bayi. Salah satu ancamannya yang signifikan adalah banyak gejalanya tak disadari oleh wanita hamil, sehingga perawatan seringkali dimulai terlalu lambat.
Keadaan ini biasanya timbul setelah periode kehamilan mencapai 20 minggu dan dapat bertahan sampai masa pasca persalinan. Bila tidak diatasi dengan cepat, kondisi tersebut bisa berubah menjadi eklamsia, yang mengarah pada serangan kejang dan memiliki potensi merugikan kesehatan jiwa sang ibu.
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi.
Meninggalnya RA Kartini karena menderita preeklamsia mengingatkan kita bahwa masalah kesehatan ibu dan anak telah menjadi suatu tantangan selama bertahun-tahun. Sampai saat ini, tingkat kematian ibu di Indonesia tetap menjadi sorotan utama.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, tingkat kematian ibu di negeri ini mencapai 189 kasus untuk setiap 100.000 kelahiran yang berhasil. Mayoritas kasus tersebut dipicu oleh berbagai kompleksitas saat hamil dan melahirkan, seperti preeklamsia serta perdarahan.
Pemeriksaan kehamilan rutin, pengawasan awal hipertensi, serta memiliki akses mudah ke fasilitas perawatan medis penting sekali dalam menghindari masalah seperti preeklamsia.
Cerita tentang RA Kartini tidak sekadar mengenai pertarungan untuk hak-hak wanita, tetapi juga merupakan sebuah pengingat akan kepentingan melindungi kesejahteraan ibu yang sedang hamil. Melalui pendidikan, pengecekan rutin, serta pemantauan ekstra terhadap tanda-tanda komplikasi, kita dapat mencegah bencana semacam itu pada zaman sekarang ini.