Mendekati akhir Ramadan tahun 2025, Perdana Menteri Arab Saudi dan juga Pangeran Mahkota Muhammad bin Salman (dikenal sebagai Pangeran MBS) memutuskan untuk bekerja di Makkah—yang berjarak sekitar 900 km dari pusat pemerintahan utama di Riyadh.
MBS datang ke Makkah pada hari Jumat (28/3) usai menempuh perjalanan dari Jeddah.
Mengutip
Sabq
, Pangeran MBS menuju Makkah guna menyelesaikan bulan suci Ramadan bersama-sama dengan berada di dekat Masjidil Haram.
Menemani MBS juga ada Pangeran Turki bin Mohammed bin Fahd bin Abdulaziz, yang merupakan Menteri Negara dan bagian dari Kabinet; Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Naif bin Abdulaziz, sang Menteri Dalam Negeri; serta Pangeran Salman bin Talal bin Sultan bin Saud bin Abdulaziz.
Di Makkah, ada sebuah istana kerajaan dengan nama Al-Safa yang letaknya di sekitar area Masjidil Haram. Di sini, MBS dapat menyaksikan dan melaksanakan salat berjemaah yang dikuti dari masjid tersebut, yang dipandu oleh imam Masjidil Haram.
Pada malam tanggal 29 Ramadan (hari Jumat waktu maghrib), MBS tampak sedang menjalankan sholat berjamaah di Masjidil Haram dari Istana Al-Safa. Lokasi istana ini cukup tinggi dan memberikan pemandangan ke arah Masjidil Haram. Terdapat juga sebuah kaca besar yang memudahkan para jemaah untuk secara langsung menyaksikan area sekitar Masjidil Haram tersebut.
Dalam gambar yang diterbitkan, MBS nampak sedang sholat bersama dengan Letnan Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan, ketua Dewan Kedaulatan Sudan — negara tetangga yang tengah dihantam oleh perang Saudara.
Sholat di tanah suci Mekkah benar-benar istimewa. Menurut hadits, ganjarannya berkali-kali lipat lebih besar daripada sholat diluar tanah suci; tepatnya mencapai 100 ribu kali dari biasanya.
Kunjungan Pemimpin Sudan
Mengutip
Middle East Monitor
, Abdel Fattah Al-Burhan sampai di Arab Saudi pada hari Jumat (28/3), ketika tentara Sudan sukses merebut kendali seluruh negeri tersebut serta mencapai keberhasilan atas pasukan Rapid Support Forces (RSF).
Abdel Fattah ke Arabia Saudita guna berunding bersama Pangeran MBS, yang merupakan pemimpinnya.
de facto
Arab Saudi.
Pakar mengantisipasi bahwa negara-negara di Teluk, terutama Arab Saudi, akan menyumbang dalam usaha mendapatkan kembali ketenangan dengan cara mendukung secara finansial agar bisa membantu Sudan merekonstruksi fasilitas dasarnya serta meraih kesetabilan ekonomi, hal ini bertujuan untuk mengecilkan beban warga Sudan.
Kedatangan itu terjadi satu hari setelah Abdel Fattah menyambut tim dari Arabia, termasuk para petinggi Kementerian Luar Negeri serta pusat bantuan dan perlindungan warga sipil King Salman (KSRelief). Ini merupakan rombongan Arab pertama yang datang sejak pasukan Sudan merebut kembali kendali atas Ibukota Khartoum.