Mengulik Kekeramatan Desa Kajen, Margoyoso, Pati

Diposting pada

Asal Usul Nama Desa Kajen

Mengulik Kekeramatan Desa Kajen kota santri Kecamatan Margoyoso kabupaten pati , Margoyoso, Pati , Nama “Kajen” diyakini berasal dari istilah Jawa kuno yang berarti “sesuatu yang bernilai tinggi” atau “bermartabat.” Penamaan ini dianggap mencerminkan peran desa sebagai pusat penyebaran Islam dan pendidikan agama sejak zaman dahulu. Kajen juga disebut-sebut dalam berbagai cerita rakyat sebagai desa yang dihuni para ulama dan tokoh berpengaruh. Desa yang terletak sekitar 10 Km ke utara dari pusat kota kabupaten Pati ini terkenal sebagai Kota santri. Karena ratusan pondok pesantren dan ribuan santri tumbuh subur di Desa Kajen ini.

 

Sejarah Awal Desa Kajen

Desa Kajen mulai dikenal pada masa perkembangan Kerajaan Demak, ketika Islam menyebar pesat di Pulau Jawa. Wilayah ini menjadi salah satu pusat aktivitas keagamaan berkat peran para ulama yang mendirikan pesantren dan masjid. Banyak tokoh Islam berpengaruh yang berasal dari Kajen, sehingga desa ini kerap dijuluki sebagai “Kota Santri.” Bahkan tokoh nasional ada juga salah satunya lahir dan besar Desa Kajen ini yaitu KH. Sahal Mahfud. Beliau sebagai tokoh nasional yang mempin organisasi islam terbesar cukup lama.

Perkembangan Desa Kajen dari Masa ke Masa

  1. Masa Kerajaan Demak dan Mataram Islam
    Pada masa Kerajaan Demak, Desa Kajen menjadi salah satu lokasi penting untuk penyebaran Islam di pesisir utara Jawa. Para ulama di desa ini tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga menjadi mediator antara masyarakat lokal dan penguasa kerajaan.
  2. Kolonialisme Belanda
    Saat penjajahan Belanda, Desa Kajen tetap mempertahankan peranannya sebagai pusat pendidikan agama. Meskipun mengalami tekanan dari kolonial, para santri dan ulama di desa ini tetap gigih menyebarkan ajaran Islam. Beberapa pondok pesantren tertua di Kajen berdiri sejak masa ini, menjadi saksi keteguhan masyarakat dalam menjaga nilai-nilai agama.
  3. Era Kemerdekaan hingga Modern
    Setelah kemerdekaan Indonesia, Desa Kajen semakin berkembang sebagai pusat pendidikan agama. Banyak pondok pesantren besar berdiri di desa ini, seperti Pondok Pesantren Maslakul Huda yang terkenal di tingkat nasional. Desa Kajen juga menjadi destinasi bagi pelajar dari berbagai daerah yang ingin mendalami ilmu agama.

 

Tradisi dan Budaya Desa Kajen

Desa Kajen kaya akan tradisi keagamaan dan budaya yang masih terjaga hingga kini, di antaranya:

  1. Peringatan Haul Ulama
    Setiap tahun, masyarakat Desa Kajen menggelar acara haul untuk mengenang jasa para ulama besar yang pernah berkiprah di desa ini. Acara ini menarik ribuan jamaah dari berbagai daerah. Peringatan tersebut biasanya berlangsung sekitar bulan asyuro atau bulan suro dalam Bahasa jawa. Peringatan ini selain untuk mengenang jasa para ulama-ulama besar di Kajen juga sebagai syiar untuk mengenalkan agama dan budaya yang berlaku di Desa Kajen.
  2. Tradisi Ngaji Kitab Kuning
    Kajen dikenal dengan tradisi pengajian kitab kuning di pondok pesantren. Tradisi ini diwariskan turun-temurun oleh para ulama. Kitab kuning atau yang di kenal khasnya yaitu kitab gundul di ajarkan di seluruh pesantren yang ada di Kajen. Kitab ini mempunyai derajat kesulitan tersendiri baik dalam membacanya maupun menafsirkanya. Karena kitab gundul tidak mempunyai harakat sehingga susah dalam membacanya.
  3. Pasar Kajen
    Pasar Kajen menjadi salah satu ikon desa yang ramai, terutama saat peringatan hari besar Islam. Banyak pedagang dan pengunjung datang ke pasar ini untuk mencari kebutuhan sehari-hari dan barang khas lokal.

 

 

Potensi Desa Kajen di Era Modern

  1. Pusat Pendidikan Agama
    Dengan banyaknya pondok pesantren, Desa Kajen menjadi pusat pendidikan Islam yang melahirkan ulama dan tokoh masyarakat berpengaruh.
  2. Destinasi Wisata Religi
    Kajen kerap dikunjungi oleh wisatawan religi yang ingin berziarah ke makam para ulama dan belajar tentang sejarah perkembangan Islam.
  3. Pengembangan UMKM
    Masyarakat Desa Kajen semakin aktif mengembangkan usaha kecil seperti kerajinan, kuliner khas, dan produk-produk berbasis lokal.

 

Salah satu ulama masyhur di daerah Kajen adalah Syeh Mutamakkin. Mbah Mutamakkin, yang nama aslinya adalah Raden Ahmad Mutamakkin, merupakan seorang ulama besar yang sangat dihormati di wilayah Jawa Tengah, khususnya di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati. Beliau dikenal sebagai salah satu tokoh penyebar agama Islam yang memiliki pengaruh besar, terutama dalam penyebaran ajaran tasawuf di Jawa pada abad ke-17 hingga 18.

 

Kisah Hidup dan Perjuangan Mbah Mutamakkin

  1. Asal Usul dan Pendidikan
    Mbah Mutamakkin lahir di wilayah yang kini dikenal sebagai Jepara, Jawa Tengah. Beliau kemudian belajar agama Islam secara mendalam di berbagai tempat, termasuk di Makkah. Sepulangnya dari Makkah, beliau menguasai berbagai ilmu agama, khususnya tasawuf, yang menjadi ciri khas ajarannya.
  2. Hijrah ke Kajen
    Setelah menyelesaikan pendidikannya, Mbah Mutamakkin pindah ke Kajen, Margoyoso. Di sinilah beliau mendirikan pondok pesantren yang menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah pesisir utara Jawa. Melalui pendekatan tasawuf yang mendalam, Mbah Mutamakkin berhasil mengajarkan Islam kepada masyarakat lokal dengan cara yang bijaksana dan penuh hikmah.
  3. Ajaran Tasawuf
    Ajaran tasawuf Mbah Mutamakkin sering menekankan pentingnya pembersihan jiwa (tazkiyatun nafs) dan kedekatan kepada Allah. Beliau menggunakan metode-metode sederhana namun mendalam, sehingga ajarannya dapat diterima oleh masyarakat yang masih kental dengan tradisi lokal.

 

 

Peran Mbah Mutamakkin dalam Penyebaran Islam

  • Menyebarkan Islam dengan Kearifan Lokal
    Mbah Mutamakkin dikenal mampu mengintegrasikan ajaran Islam dengan tradisi lokal tanpa menghilangkan esensi agama. Hal ini membuat ajarannya mudah diterima oleh masyarakat Jawa yang pada waktu itu masih dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha.
  • Pendiri Pesantren
    Pesantren yang didirikan oleh Mbah Mutamakkin di Kajen menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di wilayah tersebut. Hingga kini, pesantren Kajen terus melahirkan generasi ulama yang berkontribusi besar dalam dunia keislaman.

 

Kontroversi dan Pengujian Ilmu

Mbah Mutamakkin pernah menghadapi kontroversi karena ajaran tasawufnya yang dianggap terlalu mendalam dan sulit dipahami oleh sebagian masyarakat. Hal ini menyebabkan beliau dihadapkan pada penguasa Mataram Islam. Namun, kebijaksanaan dan keilmuannya yang tinggi membuat beliau berhasil melewati ujian tersebut.

 

Makam Mbah Mutamakkin

Mbah Mutamakkin dimakamkan di Desa Kajen, Margoyoso, Pati. Makam beliau menjadi tempat ziarah yang sangat dihormati oleh umat Islam, khususnya dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Setiap tahun, ribuan peziarah datang untuk mendoakan beliau, terutama pada acara haul yang rutin diadakan. Hingga kini makam yang terletak di komplek pemakaman umum desa Kajen padat dikunjungi. Lonjakan peziarah dari berbagai daerah terjadi pada hari kamis malam jumat atau di hari besar islam lainya.

 

Warisan Mbah Mutamakkin

  1. Pesantren Kajen
    Hingga kini, Desa Kajen dikenal sebagai “Kota Santri,” yang merupakan bukti nyata dari perjuangan Mbah Mutamakkin dalam mendidik masyarakat melalui pesantren.
  2. Pengaruh Tasawuf
    Ajaran tasawuf Mbah Mutamakkin terus dipelajari oleh kalangan ulama dan santri. Beliau mengajarkan keseimbangan antara ibadah spiritual dan kehidupan sehari-hari.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *